7 desember 2020
hahaha...nemu ini yg masih tersimpan di draft blog ini, sudah lama skali tahun 2008 masih polos banget padahal umur sih da tua. ternyata lebay jg sayah wkwkwk....oke aku upload lagi ahh...buat kenang-kenangan...ini sisi manusiawi akoooh.
ini surat untuk romo sindu ketika suruh nanggepin buku nya, Putri Cina, sejak 2008. dah lama banget, gaya tulisannya aja masih kesan kegeeran gitu, tp ini asli ga di edit apa adanya saat itu. gpp lah sbg kenangan aku posting yakk...
Dear Romo Shindu……….
Sebelumnya saya ucapkan
terimakasih untuk bukunya, saya baru tahu lho ternyata ngasihnya itu sejak
Novembar 2007. Soalnya baru saya terima kemarin 3 Oktober 2008, sebulan lagi
genap setahun he..he..
Saya disuruh komentarin nih
sama Romo Moko. Jadi, saya coba ya…tapi ini apa adanya dikepalaku saja..
Menurut ku putri Cina itu hanya
sebagai symbol saja dari lakon sebuah
konflik etnis. Ketika membaca buku itu, dikepala saya tergambar cerita yang
sama tentang peristiwa masa ORDEBARU waktu rezim penguasa memperlakukan hal
yang sama terhadap kaum Cina. Skenarionya mulai dari diberi tempatnya kaum Cina
untuk berkembang hingga menjadi sasaran kambing hitam itu persis sekali dengan yang
terjadi ketika pada masa Soeharto memberi keleluasaan konglamerat Cina
(misalnya;liem swie liong dkk) menjadi kapitalis di negri ini. Hingga menjelang
krisis kepercayaan pada pemerintah muncul, terjadi pembantaian pada etnis Cina
di tahun 1998,(kalo tidak salah). Dimana dalam hal ini, seolah kaum Cina yang
dijadikan sasaran kambing hitam atas segala kekacauan kondisi Negara saat itu. Pokoknya,
apa yang diceritakan buku itu tentang kedudukan etnis pribumi Cina dimasa kerajaan dulu, sama persis dengan yang
terjadi dimasa ORDEBARU.
Kedua, saya juga melihat peran
putri Cina disini sebagai symbol konflik
etnis dalam arti, kaum Cina di negri ini terutama, mengalami konflik status
disatu sisi sebagai orang yang lahir dan besar di negrinya, yang berarti
seharusnya mereka adalah warga pribumi. Di sisi lain mereka ber-etniskan Cina,
yang notabenenya beda dengan kulit pribumi . masalahnya, konstruksi budaya yang
mengekslusifkan kaum Cina saat itu telah membentuk sebuah karakteristik yang
menempatkan mereka dengan sendirinya berbeda dengan kaum pribumi.
Konsekwensinya, ketika terjadi perang kepentingan para elit (pribumi), maka
kelompok ini menjadi sasaran empuk untuk dipersalahkan atas dasar perbedaannya
tersebut. Hingga sekarang saya rasa kondisi konflik status ini masih begitu. Sekalipun
Indonesia adalah Negara kepulauan yang multicultural namun budaya primordialnya
tetap saja melekat. Kebanyakan, Mereka
tetap melihat orang pribumi Cina tetap saja sebagai orang Cina, bukan orang
pribumi. Anehnya hal ini tidak terjadi pada etnis timur tengah ataupun barat,
mungkin karena mereka tidak semenonjol
etnis Cina???. Bagi saya ini
adalah sebuah masalah social yang mesti dihadirkan solusinya, namun dibuku ini
saya tidak menemukan pembahasan mengenai jalan keluar dari konflik status
tersebut selain menerimakan kenyataan seolah-olah ini adalah takdir (kutukan) yang
sudah digariskan begitu sejak zaman awal sejarahnya dulu. (lakon sabdo palon
layongenggong). Malah saya melihat,
ketidak berdayaan mengatasi persoalan konflik status ini dengan membiarkan diri
(kaum Cina) menjadi korban yang sewaktu-waktu siap dipersembahkan.
(terbangnya putri Cina menjadi kupu-kupu menuju kematiannya).
Ketiga, aku melihat putri Cina
juga sebagai symbol dari keterwakilan perempuan cantik pada umumnya. Bahwa
CANTIK ITU LUKA…bahwa menjadi cantik itu tidak hanya menjadi kebanggaan dan
kebahagiaan si empunya, namun juga menjadi boomerang dan membawa
bencana…(swear, aku tahu bagaimana itu rasanya…uhuk-uhukkk…tapi aku gak merasa
cantik lho)
Keempat, aku bayangkan Romo
Shindu jika sebagai kekasih, pasti paling dicintai pasangannya. Soalnya, setiap
kali berbicara mengenai cinta, bagaimana makna cinta itu diuraikan begitu indah
dan dalaaaamm sekali maknanya membuat aku terutama yang baca ( dari sejak buku
anak bajang…) duh, aku pake banget!!!. (maaf ya yang ini agak nyeleneh…he..he..)
. kadang bikin aku bertanya-tanya, apa cinta yang seperti itu hanya ada
diwacana saja ya???? Soalnya setahuku, orang yang mencinta itu semuanya egois!
Mana ada cinta yang mau” melepaskan kekasihnya untuk mencari bahagiannya sendiri”
(anak bajang) , atau seperti “cinta mestinya seperti samudra yang tanpa batas
sanggup menanggung apa saja, juga duka dan rindu karena tak bias memiliki
kekasih yang dicinta” (putri Cina;hal 296). Buat aku cinta manusia itu Cuma
terdiri dari nafsu, ego dan kepentingan……mungkin Cuma cinta Tuhan saja yang
unconditional love.
Kelima, apalagi yah….oia, aku
tuh sebenarnya gak begitu suka baca novel kayak Sydney Sheldon gitu,
ketebelan…., tapi buku-buku novel sastra gini justru seneng. Jujur aja, buku
anak bajang itu dah kayak jadi buku pegangan aku lho soal
cinta…he…he…(ihhh,keliatan banget ya nge-fans nya…). Oia satu lagi, aku ini
juga masih ada sih sedikiiit keturunan etnis cina, nenekku itu konghuchu,
adikku perempuan cina banget,(putih dan sipit) tapi aku kayak arab
sendiri…hi..hi salah cetak kali yee. Aku
besar di Tangerang. Pernah dengar istilah Cina Benteng??? Cina benteng
itu, orang-orang cina yang pribumi, baik warna kulit maupun kulturnya. Alias,
cinanya kulitnya item-item, kayak orang pribumi dan toleransi mereka sangat
tinggi terhadap pribumi asli, kalau ada tetangga buat acara tahlilan, mereka
suka dat ang, bersapa juga bilang asalamualaikum. Hampir tidak ada yang bisa
membedakannya dengan warga pribumi, kecuali jika kita dat ang kerumahnya dan
ada meja abu persembahan. Baru kita tahu, dia itu etnis cina. Asyik kan….aku
tuh kepengen banget ada yang menceritakan soal Cina benteng…soalnya aku sendiri
juga kurang paham, tapi aku pengen sekali sebagai warga asli tangerang
(ehm..ehm…) bisa membangun karakateristik kota tangerang. Salah satunya adalah
menonjolkan Cina benteng itu. Jadi, (maksudnya apa hayoo..) kalau romo
Shin-Shin tertarik untuk buat novelnya uhhh bahagia banget!!. (jangan Tanya
kenapa gak aku aja yang nulis, ya…) aku???, nulis jawaban ujian aja salah
melulu…(Tanya aja Romo Moko, aku kan pentiumnya masih Pentium 2, rada belet
gitu). Eh, maap ko jadi kayak curhat begini ya…
Ya udah, komentarku segini aja
yah…balas lhoo…ini emailku, ; ......................... Sekali lagi, terimakasih
untuk bukunya ya romo, jangan
bosen-bosen ngasih lagi he..he.…(oia, tau sampulnya gambar perempuan, kenapa
gak gambar aku aja?? Hi..hi…hi..narsis ya aku…)
Salam…
Thita M.Mazya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar