Sabtu, 09 September 2017

patah

sedari dulu sayap itu telah patah
tak dapat terbang kemana
hanya menanti kekasihnya

ketika sayap itu tersanggah
terkepak memang membentang merentang
seberapa pintar patahan itu coba disamarkan
tetaplah ia sayap yang patah

patahan itu membuatnya menjadi tau
bila tidak pernah ada kesejatian cinta
silih berganti bulu yg tumbuh
tersisa hanya senyum getir saja

patahan itu membuatnya selalu terjaga
karna sedikit bergerak saja ia akan terasa sakitnya

patahan itu menjaganya tetap terjaga
dari silih berganti musim yg datang
dari sgala yg bisa mematahkan

Notes;
Sejak ada yg tanya blognya sdh tdk aktuf, ya skg aku aktifkan lagi...inj coretan2 lama 9/9/ tahun 2017

Sabtu, 22 Juli 2017

surat untuk romo sindu..........


7 desember 2020
hahaha...nemu ini yg masih tersimpan di draft blog ini, sudah lama skali tahun 2008 masih polos banget padahal umur sih da tua. ternyata lebay jg sayah wkwkwk....oke aku upload lagi ahh...buat kenang-kenangan...ini sisi manusiawi akoooh. 

ini surat untuk romo sindu ketika suruh nanggepin buku nya, Putri Cina, sejak 2008. dah lama banget,  gaya tulisannya aja masih kesan kegeeran gitu, tp ini asli ga di edit apa adanya saat itu. gpp lah sbg kenangan aku posting yakk...


Dear Romo Shindu……….
Sebelumnya saya ucapkan terimakasih untuk bukunya, saya baru tahu lho ternyata ngasihnya itu sejak Novembar 2007. Soalnya baru saya terima kemarin 3 Oktober 2008, sebulan lagi genap setahun he..he..
Saya disuruh komentarin nih sama Romo Moko. Jadi, saya coba ya…tapi ini apa adanya dikepalaku saja..

Menurut ku putri Cina itu hanya sebagai symbol  saja dari lakon sebuah konflik etnis. Ketika membaca buku itu, dikepala saya tergambar cerita yang sama tentang peristiwa masa ORDEBARU waktu rezim penguasa memperlakukan hal yang sama terhadap kaum Cina. Skenarionya mulai dari diberi tempatnya kaum Cina untuk berkembang hingga menjadi sasaran kambing hitam itu persis sekali dengan yang terjadi ketika pada masa Soeharto memberi keleluasaan konglamerat Cina (misalnya;liem swie liong dkk) menjadi kapitalis di negri ini. Hingga menjelang krisis kepercayaan pada pemerintah muncul, terjadi pembantaian pada etnis Cina di tahun 1998,(kalo tidak salah). Dimana dalam hal ini, seolah kaum Cina yang dijadikan sasaran kambing hitam atas segala kekacauan kondisi Negara saat itu. Pokoknya, apa yang diceritakan buku itu tentang kedudukan etnis pribumi Cina dimasa kerajaan dulu, sama persis dengan yang terjadi dimasa ORDEBARU.

Kedua, saya juga melihat peran putri Cina disini sebagai  symbol konflik etnis dalam arti, kaum Cina di negri ini terutama, mengalami konflik status disatu sisi sebagai orang yang lahir dan besar di negrinya, yang berarti seharusnya mereka adalah warga pribumi. Di sisi lain mereka ber-etniskan Cina, yang notabenenya beda dengan kulit pribumi . masalahnya, konstruksi budaya yang mengekslusifkan kaum Cina saat itu telah membentuk sebuah karakteristik yang menempatkan mereka dengan sendirinya berbeda dengan kaum pribumi. Konsekwensinya, ketika terjadi perang kepentingan para elit (pribumi), maka kelompok ini menjadi sasaran empuk untuk dipersalahkan atas dasar perbedaannya tersebut. Hingga sekarang saya rasa kondisi konflik status ini masih begitu. Sekalipun Indonesia adalah Negara kepulauan yang multicultural namun budaya primordialnya tetap saja melekat.  Kebanyakan, Mereka tetap melihat orang pribumi Cina tetap saja sebagai orang Cina, bukan orang pribumi. Anehnya hal ini tidak terjadi pada etnis timur tengah ataupun barat, mungkin karena mereka tidak semenonjol  etnis Cina???.  Bagi saya ini adalah sebuah masalah social yang mesti dihadirkan solusinya, namun dibuku ini saya tidak menemukan pembahasan mengenai jalan keluar dari konflik status tersebut selain menerimakan kenyataan seolah-olah ini adalah takdir (kutukan) yang sudah digariskan begitu sejak zaman awal sejarahnya dulu. (lakon sabdo palon layongenggong).  Malah saya melihat, ketidak berdayaan mengatasi persoalan konflik status ini dengan membiarkan diri (kaum Cina) menjadi  korban  yang sewaktu-waktu siap dipersembahkan. (terbangnya putri Cina menjadi kupu-kupu menuju kematiannya).

Ketiga, aku melihat putri Cina juga sebagai symbol dari keterwakilan perempuan cantik pada umumnya. Bahwa CANTIK ITU LUKA…bahwa menjadi cantik itu tidak hanya menjadi kebanggaan dan kebahagiaan si empunya, namun juga menjadi boomerang dan membawa bencana…(swear, aku tahu bagaimana itu rasanya…uhuk-uhukkk…tapi aku gak merasa cantik lho)

Keempat, aku bayangkan Romo Shindu jika sebagai kekasih, pasti paling dicintai pasangannya. Soalnya, setiap kali berbicara mengenai cinta, bagaimana makna cinta itu diuraikan begitu indah dan dalaaaamm sekali maknanya membuat aku terutama yang baca ( dari sejak buku anak bajang…) duh, aku pake banget!!!. (maaf ya yang ini agak nyeleneh…he..he..) . kadang bikin aku bertanya-tanya, apa cinta yang seperti itu hanya ada diwacana saja ya???? Soalnya setahuku, orang yang mencinta itu semuanya egois! Mana ada cinta yang mau” melepaskan kekasihnya untuk mencari bahagiannya sendiri” (anak bajang) , atau seperti “cinta mestinya seperti samudra yang tanpa batas sanggup menanggung apa saja, juga duka dan rindu karena tak bias memiliki kekasih yang dicinta” (putri Cina;hal 296). Buat aku cinta manusia itu Cuma terdiri dari nafsu, ego dan kepentingan……mungkin Cuma cinta Tuhan saja yang unconditional love.

Kelima, apalagi yah….oia, aku tuh sebenarnya gak begitu suka baca novel kayak Sydney Sheldon gitu, ketebelan…., tapi buku-buku novel sastra gini justru seneng. Jujur aja, buku anak bajang itu dah kayak jadi buku pegangan aku lho soal cinta…he…he…(ihhh,keliatan banget ya nge-fans nya…). Oia satu lagi, aku ini juga masih ada sih sedikiiit keturunan etnis cina, nenekku itu konghuchu, adikku perempuan cina banget,(putih dan sipit) tapi aku kayak arab sendiri…hi..hi salah cetak kali yee. Aku  besar di Tangerang. Pernah dengar istilah Cina Benteng??? Cina benteng itu, orang-orang cina yang pribumi, baik warna kulit maupun kulturnya. Alias, cinanya kulitnya item-item, kayak orang pribumi dan toleransi mereka sangat tinggi terhadap pribumi asli, kalau ada tetangga buat acara tahlilan, mereka suka dat ang, bersapa juga bilang asalamualaikum. Hampir tidak ada yang bisa membedakannya dengan warga pribumi, kecuali jika kita dat ang kerumahnya dan ada meja abu persembahan. Baru kita tahu, dia itu etnis cina. Asyik kan….aku tuh kepengen banget ada yang menceritakan soal Cina benteng…soalnya aku sendiri juga kurang paham, tapi aku pengen sekali sebagai warga asli tangerang (ehm..ehm…) bisa membangun karakateristik kota tangerang. Salah satunya adalah menonjolkan Cina benteng itu. Jadi, (maksudnya apa hayoo..) kalau romo Shin-Shin tertarik untuk buat novelnya uhhh bahagia banget!!. (jangan Tanya kenapa gak aku aja yang nulis, ya…) aku???, nulis jawaban ujian aja salah melulu…(Tanya aja Romo Moko, aku kan pentiumnya masih Pentium 2, rada belet gitu). Eh, maap ko jadi kayak curhat begini ya…
Ya udah, komentarku segini aja yah…balas lhoo…ini emailku, ; ......................... Sekali lagi, terimakasih untuk bukunya  ya romo, jangan bosen-bosen ngasih lagi he..he.…(oia, tau sampulnya gambar perempuan, kenapa gak gambar aku aja?? Hi..hi…hi..narsis ya aku…)
Salam…
Thita M.Mazya.